Selamat Datang. Indahnya hari ini adalah suatu berkat dan berkah dari Tuhan. bertindaklah dengan bijaksana agar hidup kita menjadi lebih berarti bagi orang lain.

21/03/2009

Penyakit Bawaan Bahan Pangan (Foodborne Disease)

Pertanyaan Yang Sering Ditanyakan (FAQ):

Artikel ini disusun oleh CDC (Center of Disease Control) atau Lembaga Pengendalian Penyakit yang ada di Amerika Serikat. Berisi jawaban seputar perntanyaan mengenai definisi Penyakit Bawaan Bahan Pangan atau Foodborne Disease, penyebab, cara mengidentifikasi, cara penganggulangan, dan cara mencegah penyebarannya. Artikel ini juga memuat langkah-langkah yang diambil Amerika Serikat dalam bidang keamanan bahan pangan yang cukup baik untuk kita ketahui sebagai contoh sebuah sistem yang berhasil.

Apakah Foodborne Disease atau Penyakit Bawaan Bahan Pangan ?

Foodborne Disease disebabkan akibat konsumsi makanan atau minuman yang telah terkontaminasi. Pelbagai jenis mikroba penyebab penyakit (patogen) dapat mencemari makanan, hal ini menyebabkan banyaknya jenis infeksi. Sebagai tambahan, zat kimia beracun maupun zat-zat dasar lain yang mengandung bahaya, jika terkandung di dalam makanan yang kita konsumsi pun dapat menyebabkan penyakit.

Hingga saat ini lebih dari 250 penyakit bawaan makanan telah diidentifikasikan. Kebanyakan dari penyakit ini adalah infeksi yang disebabkan oleh pelbagai macam bakteri, virus dan parasit yang dapat dibawa oleh makanan. Jenis lain dari penyakit bawaan makanan adalah keracunan yang disebabkan oleh racun berbahaya maupun zat kimia yang telah mencemari makanan, misalnya racun pada jamur. Penyakit akibat bawaan makanan tidak memiliki suatu gejala khusus, melainkan masing-masing memiliki gejala yang berbeda-beda. Walaupun demikian, mikroba ataupun racun tersebut kesemuanya memasuki tubuh manusia melalui saluran pencernaan (gastrointestinal tract) dan seringkali menyebabkan sebuah gejala disana. Jadi, rasa mual (nausea), muntah, nyeri kontraksi perut dan diare dapat dikatakan sebagai gejala umum yang tampak pada banyak penyakit yang dibawa oleh makanan.

Banyak mikroba mampu menyebar dengan menggunakan lebih dari satu cara, sehingga kita tidak dapat selalu tahu apakah penyakit yang kita derita adalah penyakit yang disebabkan oleh makanan. Pembedaan khas menjadi penting guna menemukan rekomendasi tepat guna untuk menghentikan penyebaran suatu penyakit, sarana kesehatan masyarakat perlu mengetahui cara penyakit itu menyebar. Sebagai contohnya adalah Escherichia Coli O157:H7, bakteri ini dapat menyebar melalui makanan, minuman maupun air di kolam renang yang terkontaminasi. Bakteri ini juga dapat menyebar antar anak-anak di penitipan anak jika higienis pribadi tidak dijaga dengan baik. Tolok ukur penghentian penyebaran penyakit tersebut bergantung banyak dari penyebab yang disebutkan tadi, jadi penyebaran bakteri dapat dihentikan mulai dari membuang makanan dan minuman yang terkontaminasi, memberikan tambahan zat khlor pada air kolam renang maupun hingga menutup tempat penitipan anak yang tercemar.

Apa saja yang umumnya menyebabkan foodborne disease?

Penyebab infeksi bawaan makanan yang paling umum adalah bakteri Campylobacter, Salmonella, E.coli O157:H7, dan grup virus yang bernama Calicivirus (juga dikenal sebagai virus Norwalk dan virus "Norwalk-like").

Campylobacter adalah bakteri patogen yang menyebabkan demam, diare dan nyeri kejang pada daerah abdomen. Bakteri ini adalah penyebab paling umum bagi penyakit diare di dunia. Bakteria ini hidup nyaman di dalam saluran pencernaan burung-burung sehat. Hampir semua daging unggas mentah mengandung Campylobacter. Penyebab infeksi yang tersering disebabkan karena penderita memakan ayam yang belum dimasak dengan benar ataupun makanan lain yang terkontaminasi tetesan cairan dari daging ayam mentah.

Salmonella adalah bakteri yang banyak tersebar di saluran pencernaan burung, reptil dan mamalia. Salmonella dapat menyebar ke manusia melalui pelbagai makanan yang merupakan hasil ternak. Penyakit yang disebabkannya, salmonellosis khususnya termasuk demam, diare dan nyeri daerah abdomen. Pada orang-orang yang memiliki daya tahan tubuh yang sangat rendah, bakteri salmonella dapat menginvasi aliran darah dan menyebabkan infeksi yang mengancam jiwa.

E. Coli O157:H7 adalah bakteri patogen yang bersarang pada ternak dan sejenisnya. Penyakit yang terjadi pada manusia umumnya terjadi setelah mengkonsumsi air dan makanan yang telah terkontaminasi tinja sapi. Gejala yang terjadi umumnya adalah diare parah yang mengandung darah, serta nyeri pada abdomen tanpa banyak demam. Pada 3%-5% dari kasus, dapat timbul komplikasi yang disebut hemolyctic uremic syndrome (HUS) beberapa minggu setelah gejala pertama. Komplikasi parah ini termasuk anemia sementara, perdarahan hebat dan kegagalan pada ginjal.

Calicivirus atau Norwalk-like virus adalah penyebab umum lain dari foodborne illness, walaupun jarang terdiagnosa akibat tidak tersedianya tes laboratorium secara luas. Calicivirus menyebabkan nyeri akut pada saluran pencernaan, ditandai dengan muntah yang lebih utama dari diare, yang biasanya sembuh dalam dua hari. Berbeda dengan bakteri patogen lain yang berdiam di tubuh binatang, penyebaran utama Calicivirus adalah melalui manusia yang terinfeksi. Pekerja dapur yang terinfeksi dapat mencemari salad ataupun sandwich yang dipersiapkannya jika virus terdapat di tangan mereka. Nelayan yang terinfeksi mencemari tiram saat mereka membiakannya.

Beberapa penyakit umum yang biasanya tidak disebarkan melalui makanan kadang-kadang dibawa pula oleh makanan. Termasuk infeksi yang disebabkan oleh Shigella, hepatitis A dan parasit Giardia lamblia dan Cryptosporidia. Terkadang strep throat dapat pula menyebar melalui makanan.

Selain dari penyakit yang disebabkan infeksi langsung bakteri patogen, penyakit juga dapat disebabkan oleh keberadaan racun produksi mikroba makanan yang ada di dalam makanan. Contohnya, Staphylococcus aureus dapat hidup di beberapa jenis makanan dan memproduksi racun penyebab muntah hebat. Botulisme yang walaupun jarang ditemui namun mematikan, timbul ketika bakteri Clostridium botulinum berkembang dan menghasilkan racun makanan yang melumpuhkan. Racun-racun tersebut dapat tetap menimbulkan penyakit walaupun mikroba penyebabnya tak lagi ada di dalam tubuh.

Racun lain dan zat kimia beracun dapat turut menyebabkan penyakit. Manusia dapat jatuh sakit jika pestisida ditambahkan ke dalam makanan, ataupun jika zat-zat dasar beracun digunakan dalam persiapan makanan. Setiap tahun manusia jatuh sakit setelah memakan jamur beracun yang disangka sebagai jamur yang aman dimakan, ataupun setelah memakan ikan karang yang ternyata beracun.

Related links:
# Surveillance for Foodborne Disease Outbreaks
(http://www.cdc.gov/epo/mmwr/preview/mmwrhtml/ss4901a1.htm)
# Preliminary FoodNet Data on the Incidence of Foodborne Illnesses
(http://www.cdc.gov/epo/mmwr/preview/mmwrhtml/mm4910a1.htm)

Apakah jenis penyakit yang dibawa oleh bahan pangan terus berubah?

Spektra jenis penyakit yang dibawa oleh makanan terus mengalami perubahan. Seabad yang lalu, demam tifoid, tuberkulosa dan kolera adalah contoh penyakit bawaan makanan yang umum ditemukan. Perbaikan dalam keamanan makanan misalnya penemuan teknik pasteurisasi susu, pengalengan yang aman dan pembersihan air telah melumpuhkan penyebaran penyakit tersebut. Saat ini posisi penyakit-penyakit tadi telah digantikan oleh infeksi bawaan makanan lainnya, termasuk yang baru saja ditemukan akhir-akhir ini. Misalnya tahun 1996 parasit Cyclospora tiba-tiba muncul sebagai penyebab penyakit diare yang terkait dengan buah raspberry dari Guatemala. Buah-buah beri ini baru saja mulai dikembangkan secara komersial di Guatemala dan entah bagaimana tercemar diladang. Tahun 1998 sebuah strain bakteri Vibrio parahaemolyticus mengkontaminasi timbunan tiram di Teluk Galveston, menyebabkan epidemi diare pada pemakan tiram mentah. Timbunan tiram yang tercemar berada dekat jalur perkapalan, hal ini mengindikasikan bahwa bakteri tersebut datang dari pelabuhan yang jauh. Mikroba yang baru dikenali dapat mengancam kesehatan umum karena beberapa alasan : mikroba dapat menyebar ke seluruh dunia dengan mudah, mikroba baru dapat berevolusi, lingkungan dan ekologi terus berubah, praktik pembuatan makanan dan konsumsi pun berubah, dan juga akibat sarana laboratorium sudah dapat mendeteksi mikroba-mikroba yang sebelumnya belum dapat terdeteksi.

Dalam kurun waktu 15 tahun terakhir, beberapa penyakit penting yang tadinya belum diketemukan penyebabnya, mulai diketahui sebagai golongan penyakit hasil komplikasi infeksi bawaan makanan. Contohnya, saat ini sindroma Guillain-Barre diketahui dapat disebabkan infeksi Campylobacter, dan bahwa penyebab tersering dari gagal ginjal akut pada anak (hemolytic uremic syndrome) disebabkan infeksi E.coli O157:H7 dan bakteri yang berhubungan. Mungkin saja dimasa datang beberapa penyakit yang saat ini masih tidak diketahui penyebabnya ternyata berhubungan dengan infeksi bawaan makanan.

Related links:
# New, Reemerging, and Drug-Resistant Infections
(http://www.cdc.gov/ncidod/emergplan/index.htm)

Apa yang terjadi pada tubuh kita setelah menelan mikroba penyebab penyakit?

Setelah tertelan biasanya gejala tidak akan langsung dirasakan penderita, akan terdapat masa jeda yang merupakan masa inkubasi dari mikroba penyebab penyakit tersebut. Masa jeda ini dapat bervariasi mulai dari jam ke hari, bergantung pada jenis organisma dan jumlah mikroba yang tertelan. Selama masa inkubasi, sang mikroba bergerak masuk melalui perut menuju usus, menempel pada sel-sel pelapis usus dan mulai berkembang biak (membelah diri) disana. Beberapa jenis mikroba tetap tinggal di dalam usus, beberapa lagi mulai menghasilkan racun yang terserap aliran darah, beberapa lagi mulai menyerang jaringan tubuh yang lebih dalam. Gejala yang terjadi sangat bergantung kepada jenis mikroba, namun gejala yang serupa dapat ditimbulkan jenis organisme yang berbeda, khususnya diare, nyeri kejang perut dan mual. Terdapat terlalu banyak kesamaan pada gejala yang ditimbulkan oleh mikroba-mikroba tersebut, sehingga penentuan jenis mikroba penyebab berdasarkan gejala saja menjadi sulit. Terkecuali jika dilakukan tes laboratorium untuk mengidentifikasi sang mikroba, atau mungkin jika sakit terjadi bersamaan dengan terdapatnya wabah penyakit yang telah dikenali.

Bagaimanakah penyakit bawaan makanan didiagnosa?

Diagnosa infeksi biasanya ditegakkan melalui pemeriksaan laboratorium guna menentukan jenis organisme penyebabnya. Bakteri Campylobacter, Salmonella, E.Coli O157 dapat teridentifikasi melalui pemeriksaan kultur tinja. Jenis bakteri pencemar akan terlihat tumbuh pada media kultur yang digunakan (agar). Jenis parasit dapat ditentukan dengan memeriksa tinja menggunakan mikroskop. Sedangkan virus lebih sulit teridentifikasi akibat ukuran tubuhnya yang sangat kecil. Ukuran tubuh yang sedemikian kecil tidak dapat dilihat melalui mikroskop biasa, virus pun sulit dibiakkan melalui kultur. Virus umumnya dapat dikenali melalui tanda-tanda genetika yang khas.

Banyak infeksi bawaan makanan tidak dapat teridentifikasi melalui tes lab rutin, sehingga membutuhkan eksperimen lebih lanjut yang tidak selalu segera tersedia. Jika ingin menegakkan diagnosa, maka pasien harus mencari pertolongan tenaga medis. Dokter akan menentukan jenis tes diagnosa yang dibutuhkan, dan laboratorium pun harus melakukannya sesuai dengan prosedur yang berlaku. Banyak kasus terjadinya penyakit bawaan makanan yang tidak terdiagnosa. Faktor penyebabnya adalah adanya banyak penderita yang tidak mencari pertolongan tenaga medis, dan tidak selalu dilakukannya tes laboratorium pada penderita yang sudah menemui tenaga medis. CDC memperkirakan bahwa secara statistik dapat dikatakan bahwa bagi setiap 1 diagnosa salmonellosis mewakili gambaran terjadinya 38 kasus lain.

Bagaimanakah Seharusnya Perawatan Penyembuhan terhadap Penyakit Bawaan Makanan ?

Jenis perawatan disesuaikan dengan jenis penyakit bawaan makanan yang diderita, dan bergantung dari gejala yang dirasakan. Sakit yang didominasi diare dan muntah dapat mengundang potensi terjadinya dehidrasi jika penderita kehilangan cairan tubuh dan garam (elektrolit) lebih banyak daripada yang dimasukkan kedalam tubuhnya. Perlu ditekankan bahwa aktivitas penggantian cairan tubuh yang hilang memegang peran yang PENTING. Jika terjadi diare berat, penderita disarankan segera meminum cairan rehidrasi oral (oral rehydration solution : ORS), contohnya Ceralyte*, Pedialyte*, atau Oralyte*. Minuman semacam Gatorade* tidak tepat digunakan untuk mengganti cairan yang hilang, akibat ketidak mampuannya mengganti jenis cairan dan garam tubuh yang tepat. Jika diare dan nyeri kejang muncul tanpa diiringi munculnya darah pada tinja ataupun demam, pengobatan anti-diare dapat meredakan gejala yang timbul, namun obat-obatan ini HARUS dihindari jika terdapat demam tinggi maupun darah pada tinja. Pada kasus demam tinggi maupun keberadaan darah pada tinja, pengobatan anti-diare dapat memperburuk keadaan.

*CDC tidak mendukung produk ataupun layanan komersial tertentu.

Kapan Harus ke Dokter?

Segeralah berkonsultasi pada dokter jika diare disambangi oleh:

  • Demam tinggi (temperatur oral/mulut menunjukkan > 101.5F)
  • Terdapatnya darah pada tinja
  • Muntah berkepanjangan yang menyulitkan masuknya cairan (dapat menyebabkan dehidrasi)
  • Tanda-tanda dehidrasi yakni penurunan frekuensi dan kuantitas BAK, mulut dan tenggorokan yang kering, rasa pusing ketika berdiri;
  • Lama diare telah berlangsung > tiga hari;

Tak perlu terkejut jika dokter Anda tidak meresepkan antibiotik. Banyak penyakit dimana diare menjadi gejala utama, disebabkan oleh virus dan akan membaik dengan sendirinya dalam kurun 2 hingga 3 hari tanpa terapi antibiotik (Tentunya juga perlu ditekankan kedisiplinan dalam mengganti cairan tubuh yang hilang). Pada kenyataannya, antibiotik tidak dapat ”membunuh” virus, penggunaan antibiotik untuk menangani infeksi virus lebih banyak menyebabkan keburukan daripada perbaikan. Bahkan seringkali antibiotik pun tidak diperlukan pada kasus infeksi bakteri yang ringan. Pilih perawatan lain untuk menolong gejala yang dialami. Cuci tangan dengan benar dapat mencegah penyebaran penyakit kepada orang lain. Penggunaan antibiotik yang berlebihan adalah salah satu PENYEBAB UTAMA mengapa banyak bakteri yang mulai kebal terhadap antibiotik. Penggunaan antibiotik HANYA jika diperlukan menjadi sangat penting! Pengobatan dengan antibiotik secara parsial juga menyebabkan kekebalan pada bakteri. Jika antibiotik diresepkan (dan memang benar diperlukan) maka antibiotik harus dikonsumsi dengan BENAR. Tidak dibenarkan untuk menghentikan antibiotik hanya karena gejala yang dirasakan telah membaik. HABISKAN antibiotik jika memang diperlukan untuk mengobati penyakit Anda.

URL yang berhubungan:
# Antibiotic resistance
(http://www.cdc.gov/drugresistance/community)
# National Antimicrobial Resistance Monitoring System (NARMS)
(http://www.cdc.gov/narms)


Berapakah jumlah kasus penyakit akibat bawaan makanan yang terjadi di Amerika Serikat?

Diperkirakan setiap tahunnya di Amerika Serikat muncul 76 juta kasus penyakit bawaan makanan. Sebagian besar dari kasus ini adalah kasus ringan dimana gejala hanya muncul selama satu hingga dua hari. Kasus-kasus lainnya lebih serius, per tahunnya CDC membukukan 325.000 perawatan di rumah sakit dan 5.000 kematian. Kasus-kasus terberat umumnya muncul pada rentang usia lanjut dan usia sangat muda, pada penderita yang sudah memiliki penyakit yang menyebabkan turunnya sistem imun tubuh, dan pada orang sehat yang terkontaminasi organisme dengan jumlah yang sangat besar.

Bagaimana Caranya Layanan Kesehatan Melacak Penyakit Bawaan Makanan?

Departemen Kesehatan di Amerika Serikat melakukan pengawasan berkala bagi beberapa penyakit-penyakit penting. Setiap negara bagian memutuskan jenis penyakit yang akan dimonitor secara rutin. Di kebanyakan negara bagian, diagnosa kasus salmonellosis, E.coli O157 dan penyakit infeksi serius lainnya telah banyak dilaporkan secara rutin ke Departemen Kesehatan yang kemudian melaporkannya kepada CDC. Pertahunnya, puluhan ribu kasus yang dapat dikenali telah dilaporkan. Contohnya, di tahun 1998 CDC mendapat laporan mengenai 35 ribu kasus infeksi Salmonella. Namun mengingat tidak semua kasus infeksi bawaan makanan diberikan diagnosa dan dibuatkan laporannya, misalnya karena penderita tidak meminta pertolongan aparat medis (dan kemudian didiagnosa dan dilaporkan), atau jika dokter tidak membuat diagnosa detil yang spesifik merujuk ke jenis penyebab penyakit. Pula, infeksi beberapa mikroba pada awalnya belum dapat dilaporkan. Untuk mendapatkan informasi lebih banyak mengenai infeksi yang telah didiagnosa namun belum dilaporkan, CDC membangun sistem pengawasan khusus yang disebut FoodNet. FoodNet merupakan sumber terbaik mengenai informasi detil penyakit-penyakit bawaan makanan di Amerika Serikat. FoodNet juga membuat laporan tahunan berisi rangkuman penyakit bawaan makanan. Sebagai tambahan, negara-negara bagian juga mengumpulkan informasi mengenai wabah penyakit bawaan makanan, dan melaporkan rangkumannya kepada CDC. Jumlah wabah bawaan makanan yang dapat dilaporkan ke CDC tiap tahunnya mencapai 400-500 kasus. Laporan yang dibuat memuat informasi umum mengenai penyakit bawaan makanan yang cukup berguna, mengingat laporan tersebut juga memuat informasi mengenai beberapa penyakit yang tidak terberitakan dan tidak termasuk dibawah kategori pengawasan individu.

Apakah yang disebut sebagai Wabah Penyakit Bawaan Makanan? Mengapa mereka muncul?

Wabah penyakit akibat bawaan makanan muncul ketika sekelompok orang memakan makanan terkontaminasi yang sama, dan dua atau lebih orang dari kelompok tersebut kemudian menderita penyakit yang sama. Wabah dapat dikatakan terjadi pada sekelompok orang yang pergi bersama dan makan disuatu tempat yang sama, atau bisa saja pada sekelompok orang yang tidak saling mengenal namun secara kebetulan membeli dan memakan makanan yang berasal dari toko atau restoran yang sama. Seringkali, wabah disebabkan dari hasil kombinasi kejadian. Misalnya, bahan makanan yang terkontaminasi diletakan pada suhu ruang selama jangka waktu yang cukup panjang, hingga bakteri pengontaminasi berkembang biak dalam jumlah yang cukup besar, dan kemudian ternyata proses pemasakan/pengolahannya tidak cukup untuk membutuh seluruh bakteri yang ada.

Banyak dari wabah ini bersifat lokal. Dapat dikenali ketika sekelompok orang mulai menyadari bahwa mereka menjadi sakit setelah memakan jenis makanan yang sama, dan seseorang menelepon Departemen Kesehatan. Wabah lokal ini mungkin terjadi pada sebuah resepsi makan bersama, pada acara dimana orang yang datang saling membawa makanan untuk dimakan bersama, atau pada saat makan hidangan di sebuah restoran yang kebetulan sedang tidak punya cukup tenaga kerja sementara harus melayani pelanggan yang banyak.
Namun saat ini telah pula dilaporkan terjadinya wabah yang cukup meluas menjangkau penderita yang lokasinya cukup berjauhan dan berlangsung beberapa minggu. Contoh kasusnya adalah sebuah wabah salmonellosis yang terlacak pada beberapa orang yang memakan sereal sarapan hasil produksi sebuah pabrik di negara bagian Minnesota. Produk ini dipasarkan dalam beberapa merk yang berbeda pada negara-negara bagian lainnya. Pada kasus ini, masing-masing kotamadya tidak memiliki cukup kasus untuk dapat segera dikenali sebagai wabah. Wabah dikenali akibat kesamaan laporan bahwa bakteri penyebabnya adalah strain Salmonella yang tidak biasa. Pada kasus lainnya, penganan kecil yang berupa kacang turut menyebabkan penyakit yang serupa di Israel, Eropa dan Amerika Utara. Lagi-lagi penyebabnya adalah strain Salmonella yang jarang ditemukan.

Kebanyakan jenis kasus yang dilaporkan sebagai penyakit bawaan makanan tidak termasuk jenis wabah, melainkan termasuk kasus individual yang menyebar. Mungkin juga kasus-kasus individual yang menyebar ini sebenarnya adalah wabah yang menyebar luas. Deteksi dan investigasi wabah semacam ini adalah sebuah tantangan besar bagi aparat kesehatan umum. Hal ini memicu CDC dan Layanan Kesehatan Umum untuk terus memperbaharui dan mempercanggih metoda pemeriksaan laboratoriumnya.

Mengapa Penting bagi Petugas Layanan Masyarakan untuk Menyelidiki Wabah Hingga Tuntas?

Sebuah wabah penyakit bawaan makanan sejatinya merupakan indikasi adanya sesuatu yang harus diperbaiki dari Sistem Keamanan Makanan. Ilmuwan Layanan Masyarakat menyelidiki wabah dengan tujuan mengontrol penyebaran wabah, dan juga mempelajari cara mencegah wabah yang serupa dimasa datang. Seperti halnya tindakan penyelamatan dikala kebakaran maupun ketika pesawat jatuh, terdapat dua kegiatan penting yang harus dilakukan saat terjadi wabah: Pertama, melakukan tindakan darurat untuk mencegah bahaya akibat penyebaran wabah. Kedua, melakukan penyelidikan ilmiah untuk mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi sehingga dapat menjadi sumber pembelajaran guna mencegah hal serupa terjadi di masa mendatang. Hal-hal yang saat ini kita ketahui seputar penyakit bawaan makanan adalah hasil penyelidikan detil dari wabah yang pernah terjadi. Cara ini umumnya efektif untuk mengetahui munculnya bakteri patogen baru. Juga efektif untuk mengetahui hubungan antara bakteri patogen tersebut dan media pembawanya (jenis makanan khusus ataupun jenis binatang tempat bakteri bersemayam). Proses investigasi umumnya membutuhkan tim yang terdiri dari ahli epidemi, ahli mikrobiologi, ahli kebersihan makanan, ilmuwan makanan, dokter hewan dan insinyur bidang proses pabrikasi.

Bagaimana Cara Mengenali Wabah Penyakit Bawaan Makanan?

Indikasi awal berlangsungnya wabah bentuknya bermacam-macam. Misalnya ketika seseorang menyadari bahwa para penderita sebelumnya berkumpul dan bersantap bersama pada suatu acara. Atau ketika seorang dokter menyadari jumlah pasien dengan jenis penyakit yang sama meningkat dari statistik normal. Atau ketika Departemen Kesehatan mendapatkan laporan mengenai suatu penyakit yang lebih banyak dari biasanya. Wabah yang paling sulit dideteksi adalah wabah yang berlangsung menyebar pada daerah yang luas, dimana masing-masing negara bagian hanya terdapat sedikit kasus. Wabah semacam ini biasanya dideteksi melalui kombinasi laporan-laporan pengawasan ditingkat Regional atau Nasional, dengan mengamati peningkatan infeksi tipe tertentu. Teknologi sidik jari DNA telah pula mempermudah deteksi wabah. Contohnya, jaringan molekular PulseNet, mengijinkan laboratorium negara bagian dan CDC untuk membandingkan strain E.coli O157:H7 dengan bakteri-bakteri patogen yang berkembang biak diseluruh Amerika Serikat guna mendeteksi wabah yang menyebar.

Setelah sebuah peningkatan kelompok kasus terdeteksi, perlu ditentukan apakah peningkatan kasus kelompok tertentu itu memang menggambarkan peningkatan jumlah kasus yang saling berhubungan. Kadangkala peningkatan jumlah kasus terjadi hanya karena sang petugas begitu giat untuk sekaligus menyelesaikan laporan yang tertunda setelah kembali dari liburan. Jumlah laporan pun melonjak pesat dan menimbulkan kesan palsu akan penyakit yang terjadi berkelompok.

Bagaimanakah Cara Menginvestigasi Wabah Penyakit Bawaan Makanan?

Begitu sebuah wabah diduga telah terjadi, penyelidikan pun dimulai. Dilakukan pencarian lebih banyak kasus diantara orang-orang yang mungkin telah tersentuh. Gejala, waktu timbulnya gejala dan lokasi kasus mulai ditentukan. Setelah data-data terkumpul, mulai dibuat definisi kasus. Lebih jauh lagi, wabah dideskripsikan melalui waktu, tempat dan orang. Dibuat pula sebuah grafik berisi jumlah penderita per harinya. Pemetaan tempat tinggal, tempat kerja dan tempat makan penderita mungkin dapat mempersempit dugaan asal infeksi. Perhitungan distribusi kasus berdasarkan usia dan jenis kelamin dapat menunjukan golongan orang yang terserang. Jika jenis mikroba penyebab tidak diketahui, contoh tinja dan darah akan diambil dari penderita guna mendapatkan penyelidikan lebih lanjut dari laboratorium layanan masyarakat.

Guna mengidentifikasi sumber wabah, pertama-tama para penyelidik akan mengajukan pertanyaan kepada penderita mengenai beberapa hal terkait keterlibatan mereka dengan sumber penyakit hingga beberapa hari sebelum mereka jatuh sakit. Dengan cara ini, para penyelidik dapat mengeliminasi dan mengetahui kemungkinan penyebab setepat mungkin. Kombinasi dengan informasi lain, misalnya informasi mengenai sumber mikroba yang terkait, memungkinkan hipotesa yang telah dibuat untuk dapat diperiksa melalui proses penyelidikan epidemi. Para penyelidik kembali mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai sederetan kemungkinan keterlibatan dengan sumber penyakit baik kepada penderita maupun kepada beberapa kelompok orang yang tidak sakit. Perbandingan keterlibatan sumber penyakit antara yang dikemukakan penderita dan yang dikemukakan orang yang tidak sakit dapat digunakan para peneliti (melalui Teorema Probabilitas Statistik) untuk menciptakan hubungan keterkaitan antara penyakit dan sumber penyebabnya.

Contoh soal:
Bayangkan sebuah wabah yang terjadi setelah sebuah acara makan bersama.
Penyelidikan awal memberikan informasi bahwa beberapa orang-orang yang hadir telah memakan saus Hollandaise. Dengan demikian saus Hollandaise dimasukkan kedalam daftar kemungkinan penyebab. Setelah itu, para penyelidik mengajukan pertanyaan kepada 20 orang yang hadir (10 orang diantaranya sakit, 10 orang sisanya tetap sehat), apakah mereka memakan saus Hollandaise (dan juga makanan lain yang termasuk dalam daftar kemungkinan penyebab). Jika setengah dari jumlah orang yang ada memakan saus tersebut, namun ternyata saus tersebut tidak tersangkut-paut dengan penyakitnya, maka kemungkinannya akan ada perbandingan 50/50 antara yang mengaku memakannya dan yang tidak.
Jika misalnya hasil wawancara menunjukan penemuan bahwa kesepuluh orang yang sakit telah memakan saus Hollandaise sementara yang sehat tidak memakannya, maka kemungkinan besar saus Hollandaise terkait dengan penyakit yang diderita. Perlu diingat, dengan cara ini para penyelidik dapat tetap menyimpulkan keputusan walaupun tidak ada lagi saus Hollandaise yang tersisa untuk diperiksa di laboratorium. Hubungan sebab akibat akan semakin kuat jika sang penyelidik dapat menunjukkan bahwa orang yang memakan porsi kedua Hollandaise ternyata lebih mudah sakit, ataupun jika orang-orang yang memakan sisa saus Hollandaise yang dibawa pulang turut jatuh sakit.

Begitu sejenis makanan teridentifikasi sebagai penyebab, penyelidikan lebih lanjut mengenai bahan-bahan, cara pembuatan dan kultur mikrobiologi dari sisa bahan pembuat atau bahkan dari makanan itu sendiri (jika masih ada) seharusnya dapat memberikan informasi tambahan mengenai asal-usul kontaminasi. Mungkin saja ternyata saus Hollandaisenya terbuat dari telur mentah. Jika asal-usul sang telur dapat diselidiki hingga ke peternakan asalnya, kemungkinan kita dapat mendapatkan fakta bahwa ayam-ayam di peternakan tersebut membawa jenis Salmonella yang sama di rahim mereka. Jika ternyata memang itu penyebabnya, tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan mempasteurisasi telur-telur yang berasal dari peternakan tersebut.

Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa metode penyelidikan yang terbaik adalah melakukan tes kultur pada makanan yang tersisa di dapur, dan menentukan penyebab wabahnya berdasarkan hasil tes yang positif. Kekurangan metode ini adalah bahwa hasilnya dapat membawa para penyelidik ke arah yang berbeda. Apa yang terjadi jika misalnya ternyata sudah tidak ada saus Hollandaise yang tersisa, namun sendok yang digunakan untuk meramu saus dipakai pula untuk meramu salad kentang yang bahkan tidak disajikan pada acara makan-makan tadi? Penyidik yang tidak waspada atau yang tidak mengetahui fakta itu dapat saja mendapati tes yang dilakukan pada salad kentang memberikan hasil bahwa salad kentang positif tercemar patogen, untuk kemudian menganggap bahwa sumber wabah dari para penderita adalah salad kentang tersebut! Hal ini adalah contoh bagaimana tes laboratorium yang tidak disertai penyidikan secara ilmu epidemi dapat mengarah ke kesimpulan yang salah.

Walaupun isolasi mikroba dari makanan tidak dilakukan, penyidikan epidemi yang dilakukan dengan baik dapat menghasilkan panduan langkah pertama yang efektif untuk mengendalikan penyebaran wabah. Kuat dan tetapnya hubungan statistik antara penyakit dan jenis makanan tertentu yang dapat menjelaskan distribusi wabah dalam parameter waktu, tempat dan orang harus ditindaklanjuti segera guna menghentikan kemunculan penyakit.

Wabah dapat berakhir jika keterlibatan asal-usul penyakit berhenti. Misalnya jika seluruh makanan yang terkontaminasi telah habis dimakan atau telah ditarik dari peredaran. Atau jika restoran penyebab ditutup dan alat pengolah makanan di pabrik dihentikan atau diperbaiki standar operasinya. Tukang masak pun harus bebas infeksi, atau diganti sama sekali. Penyidikan yang dapat menyingkap asal-usul dan mekanisme kontaminasi akan memberikan informasi kritis yang akan tetap berguna dikala wabah telah berlalu. Memahami dengan baik suatu peristiwa kontaminasi hingga sampai pada titik penemuan pola pencegahan, dapat membuahkan parameter-parameter pencegahan yang dapat mengurangi resiko kemunculan wabah yang sama.

Bagaimana Muasal Makanan Dapat Terkontaminasi?

Suka atau tidak, kita hidup di dunia mikroba. Begitu banyak kesempatan bagi mikroba untuk mengontaminasi makanan saat ia dibuat dan dipersiapkan. Mikroba-mikroba bawaan makanan juga terdapat di hewan yang sehat (biasanya bersemayam didalam saluran pencernaan). Daging dan jasad unggas dapat terkontaminasi saat penyembelihan melalui kontak dengan isi perut saluran perncernaan tadi, walau dalam jumlah kecil.
Dengan cara yang sama, buah-buahan segar dan sayuran dapat terkontaminasi pada saat dibasuh atau pada saat disirami dengan air yang terkontaminasi oleh pupuk kandang atau saluran pembuangan manusia. Beberapa tipe Salmonella dapat mencemari rahim ayam betina sedemikian sehingga isi telur yang tampak normal pun terkontaminasi Salmonella bahkan sebelum cangkang telur terbentuk. Tiram dan shellfish lainnya dapat menimbun bakteri Vibrio dari air laut dan mikroba lain dari limbah manusia yang dibuang ke laut.

Pada pengolahan makanan yang kemudian terjadi, mikroba penyebab penyakit dapat berpindah dari tubuh manusia terinfeksi yang bertugas mengolah makanan itu. Kontaminasi dapat juga berasal dari kontaminasi silang produk pertanian yang lain. Sebagai contohnya, bakteri Shigella, virus Hepatitis A dan virus Norwalk dapat berpindah dari tangan pengolah makanan yang tidak mencuci tangannya dengan benar. Di dapur, mikroba dapat berpindah dari satu makanan ke makanan lain melalui pemakaian pisau, papan talenan ataupun peralatan dapur yang sama. Makanan yang telah matang benar pun masih dapat tercemar mikroba jika makanan itu terkena percikan makanan mentah lain yang kebetulan mengandung mikroba patogen.
Cara makanan ditangani bahkan setelah sudah terkontaminasi sekalipun akan menentukan apakah akan menyebabkan wabah atau tidak. Mikroba harus sudah berkembang biak cukup banyak sebelum dapat menimbulkan penyakit. Jika bakteri dimanjakan dalam kehangatan dan pasokan makanan yang cukup, maka ia dapat membelah diri dan berkembang biak setengah jam sekali hingga mencapai jumlah 17 juta progeny dalam jangka 12 jam. Sebagai hasilnya, makanan yang tercemar ringan pada malam hari jika dibiarkan di suhu ruang dapat menjadi infeksius keesokan paginya. Jika makanan yang tercemar segera disimpan di dalam kulkas, maka bakteri tidak akan membelah diri. Secara umum pembekuan atau pendinginan dapat mencegah perbanyakan segala jenis bakteri karena bakteri berada di dalam keadaan suspensi. Terkecuali pada dua jenis bakteri bernama Listeria monocytogeneses dan Yersinia enterocolitica, yang ternyata dapat memperbanyak diri pada suhu pendingin. Kandungan garam, gula dan asam dalam konsentrasi tinggi ternyata dapat mencegah perbiakan bakteri. Hal ini menjelaskan mengapa daging yang diasinkan, selai dan sayuran yang dibuat menjadi acar dengan sendirinya dapat awet dalam jangka waktu lama.

Mikroba mati pada suhu tinggi. Jika makanan dipanaskan hingga mencapai suhu diatas 160oF atau 78oC selama beberapa detik saja, makan parasit, virus dan bakteri (kecuali jenis Clostridium yang alih-alih akan berubah bentuk menjadi spora yang tahan panas) akan terbasmi. Spora Clostridium hanya dapat dibasmi pada suhu diatas titik didih air. Ini merupakan salah satu alasan mengapa didalam proses pengalengan makanan, makanan kalengan harus dimasak pada suhu tinggi dan tekanan tinggi.

Racun yang diproduksi bakteri memiliki kepekaan yang beragam terhadap suhu tinggi. Racun staphylococcal yang menyebabkan muntah tetap akan aktif bahkan pada titik didih sekalipun. Untungnya racun yang menyebabkan botulisme dapat dinonaktifkan dengan cara pendidihan.

Bahan Pangan Apa saja yang Sering Terkait dengan Penyakit Bawaan Makanan?

Makanan mentah yang berasal dari hewan memiliki kemungkinan terbesar untuk tercemar, contohnya daging ternak, daging unggas, telur mentah, susu yang tidak dipasteurisasi dan Shellfish.

Shellfish dapat terkontaminasi jika air laut mengandung bakteri patogen. Makanan yang terbuat dari percampuran banyak produk ternak misalnya susu mentah, telur mentah ataupun daging sapi secara khusus membahayakan karena mikroba patogen yang ada di masing-masing daging ternak dapat mencemari seluruh makanan. Sebuah hamburger dapat terbuat dari daging yang berasal dari ratusan binatang. Sebuah omelet mungkin saja terbuat dari telur yang berasal dari ratusan ayam. Segelas susu mentah mungkin saja bersumber dari ratusan sapi. Setelah disembelih, jasad ayam broiler dapat tercemar tetesan dan cairan yang berasal dari ribuan burung yang melewati sumber air minum yang sama.

Buah-buahan dan sayuran yang dimakan mentah-mentah perlu dicermati lebih lanjut. Pencucian dapat mengurangi namun TIDAK menghilangkan kontaminasi. Baru-baru ini beberapa wabah yang diselidiki ternyata bermula pada buah-buahan segar dan sayur-sayuran yang diproses dalam keadaan yang tidak bersih. Hasil penyelidikan wabah menunjukan bahwa kualitas air yang digunakan untuk mencuci dan mendinginkan buah dan sayuran setelah panen sangat menentukan. Penggunaan air yang tidak bersih dapat mencemari beberapa kotak buah dan sayuran. Pupuk kandang segar yang digunakan untuk menyuburkan sayuran bahkan dapat mencemari sayuran itu. Kacang Alfalfa dan jenis kacang mentah lainnya yang dimakan tanpa melalui proses pemasakan, menghadapi tantangan tersendiri, karena ternyata media yang baik bagi pertumbuhannya juga ideal bagi perkembangan mikroba. Sedikit bakteri yang terdapat pada bibit kacang dapat berkembang biak ke jumlah yang menyebabkan sakit. Jus buah yang tidak dipasteurisasi juga dapat tercemar, jika mikroba patogen hidup didalam buah yang digunakan untuk membuat jus tersebut.

Apa yang Dapat Dilakukan Konsumen untuk Melindungi Diri dari Penyakit Bawaan Makanan?

Beberapa tindakan pencegahan yang cukup sederhana ternyata dapat mengurangi resiko timbulnya penyakit bawaan makanan.

MASAKLAH daging ternak, daging unggas dan telur secara keseluruhan hingga matang. Menggunakan Termometer dapat digunakan untuk mengukur suhu dalam daging adalah satu cara yang baik untuk memastikan bahwa proses pemasakan daging telah membunuh bakteri. Sebagai contoh, Daging sapi harus dimasak hingga temperatur dalam dagingnya mencapai 160oF. Telur harus dimasak hingga bagian kuningnya mengeras.

PISAHKAN! Hindari proses saling mencemar antara satu jenis makanan dengan lainnya. Hindari pencemaran silang dengan cara mencuci tangan, peralatan dan alas potong (talenan) segera setelah terjadi kontak dengan daging merah ataupun daging unggas SEBELUM menyentuh jenis makanan lainnya. Letakkan daging yang telah dimasak pada wadah yang BERSIH. Hindari meletakkan daging masak di tempat yang sebelumnya digunakan untuk menampung daging ketika masih mentah.

DINGINKAN! Segera masukkan makanan sisa ke dalam lemari pendingin. Bakteri dapat tumbuh cepat pada suhu ruang. Masukkan makanan kedalam lemari pendingin jika mereka belum akan dimakan selama 4 jam kedepan. Makanan dalam porsi besar dapat lebih cepat dingin jika sebelumnya telah dipotong-potong ke dalam porsi yang lebih kecil dan diletakkan pada wadah-wadah terpisah sebelum dimasukkan kedalam lemari pendingin.

BERSIHKAN! Cucilah buah dan sayuran. Guyuri dan bilas buah segar dan sayuran dengan air ledeng yang mengalir untuk membersihkan kotoran. Buang bagian daun terluar dari kol ataupun kubis. Bakteri tumbuh subur pada permukaan potongan buah dan sayuran. Berhati-hatilah saat mengiris buah dan sayuran pada papan potong (talenan) agar tidak tercemar. Hindari kebiasaan membiarkan potongan sayuran dan buah dalam suhu ruang untuk waktu yang lama. Diri Anda sendiri juga jangan menjadi sumber pencemar! Cuci tangan anda dengan sabun dan air SEBELUM menyiapkan makanan. Jika Anda sedang menderita diare, JANGAN siapkan makanan untuk orang lain. Mengganti popok bayi disela proses penyiapan makanan juga merupakan sebuah ide buruk yang mempermudah penyebaran penyakit.

LAPORKAN! Laporkan dugaan bahwa suatu penyakit terjadi karena bawaan makanan kepada Departemen Kesehatan setempat. Di Amerika Serikat, Departemen Kesehatan setempat memiliki peranan penting dalam sistem keamanan makanan. Seringkali wabah dapat dideteksi dengan bantuan laporan telepon dari masyarakat. Jika petugas Layanan Masyarakat mengontak Anda guna mengajukan pertanyaan mengenai penyakit yang Anda derita, bekerjasamalah dengan baik. Pada proses penyidikan kesehatan umum, informasi dari orang yang sehat sama pentingnya dengan informasi dari orang yang menderita penyakit tersebut. Anda juga harus bekerjasama walaupun Anda tidak jatuh sakit.

Situs yang berhubungan: (http://www.fightbac.org/main.cfm)

Adakah Golongan Tertentu yang Lebih Mudah Terserang Penyakit Akibat Bawaan Makanan? Jika YA, Tindakan Apa yang Dapat Dilakukan Untuk Mencegahnya?

Beberapa orang yang memiliki resiko tinggi sebaiknya melakukan tindakan pencegahan.

Wanita hamil, golongan usia lanjut dan mereka yang memiliki perlemahan sistem imun (misalnya pada penderita AIDS) memiliki resiko tinggi untuk mengalami infeksi ganas misalnya penyakit Listeria, sehingga harus ekstra hati-hati dan tidak mengonsumsi produk ternak yang tidak cukup masak (untuk informasi lebih lanjut, bacalah jawaban pertanyaan: Bagaimana Muasal Makanan Dapat Terkontaminasi?). Golongan ini sebaiknya juga menghindari Kacang Alfalfa dan Jus yang belum dipasteurisasi.

Bayi yang disusui dengan botol memiliki resiko lebih tinggi terhadap infeksi Salmonella ataupun jenis bakteri lain yang dapat tumbuh dalam susu formula hangat yang dibiarkan pada suhu ruang selama berjam-jam. Pastikan bahwa botol yang akan digunakan telah dibersihkan dan didisinfektan SEBELUM dipakai. Juga hilangkan kebiasaan untuk menyimpan sisa susu ataupun jus berjam-jam.

Penderita penyakit liver sangat rentan terhadap infeksi mikroba Vibrio vulnificus yang ditemukan pada tiram. Penderita liver harus menghindari tiram mentah.

Apa yang Dapat Dilakukan Konsumen Ketika Makan di Restoran?

Anda dapat melindungi diri dengan memilih restoran untuk dilaporkan dan diawasi oleh pengawas kesehatan. Di Amerika Serikat, restoran diperiksa oleh Departemen Kesehatan setempat, dengan tujuan memastikan bahwa restoran tersebut bersih dan memiliki fasilitas dapur yang cukup baik. Di banyak tempat, hasil pemeriksaan terakhir ditempelkan di restoran. Beberapa restoran telah secara khusus melatih pekerjanya mengenai prinsip-prinsip keamanan makanan. Hal ini perlu diketahui guna memutuskan jenis restoran yang harus dilaporkan.

Anda dapat juga melindungi diri dari penyakit bawaan makanan ketika memesan makanan. Misalnya, ketika memesan hamburger, mintalah agar daging hamburger tersebut dimasak hingga suhu 160oF. Kembalikan hamburger jika ternyata bagian tengah dagingnya masih berwarna merah muda. Sebelum ada memesan makanan yang terbuat dari banyak telur, misalnya Scrambled Eggs, Omelet ataupun French Toast, tanyakan pada pelayan apakah makanan itu dibuat dari telur yang telah dipasteurisasi. Jika jawabannya TIDAK, pilihlah jenis makanan lain.

Tindakan yang Dapat Dilakukan Konsumen Terbatas. Bagaimana Supaya Makanan Dapat Dibuat Lebih Aman Sejak Awal?

Mengamankan bahan pangan memerlukan usaha yang besar dan melibatkan Peternakan, Perikanan, Pabrik, dan pihak lain yang terlibat pengolahan bahan pangan mulai dari peternakan hingga dapat sampai ke meja makan. Terdapat banyak pihak di bidang Kesehatan Masyarakat, Industri, Agen Peraturan dan Akademisi, yang masing-masing memiliki peran dalam usaha mengurangi cemaran pada bahan pangan. Konsumen dapat meningkatkan keamanan makanan melalui uang yang mereka miliki, dengan membeli bahan pangan yang telah diolah hingga aman. Misalnya, pasteurisasi susu adalah sebuah kemajuan besar di keamanan pangan yang telah dilakukan semenjak lebih dari 100 tahun lalu. Membeli susu pasteurisasi dapat menghindari sejumlah penyakit bawaan bahan pangan. Saat ini, jus pasteurisasi merupakan sebuah langkah maju yang penting dan dapat mencegah infeksi E.Coli O157:H7 dan penyakit lainnya. Konsumen dapat mencari dan membeli jus buah dan cuka apel yang sudah dipasteurisasi. Di masa mendatang, daging dan jenis bahan pangan lainnya akan tersedia dalam bentuk yang sudah diamankan melalui proses iradiasi. Teknologi-teknologi baru ini akan memiliki peran yang sama pentingnya dengan tindakan memasteurisasi susu.

Penyakit bawaan bahan pangan sangat dapat dicegah, walaupun memang belum memiliki tindakan pencegah yang semudah vaksinasi. Bahkan, pengukuran diperlukan untuk mencegah atau membatasi pencemaran semenjak bahan pangan datang dari peternakan hingga dapat dihidangkan di atas meja makan. Praktik-praktik agrikultur dan produksi yang baik dapat menunjang penyebaran mikroba antar hewan dan mencegah pencemaran bahan pangan. Ulasan yang hati-hati pada keseluruhan proses produksi bahan pangan dapat mengidentifikasi bahaya-bahaya yang penting, dan titik-titik penting dimana pencemaran dapat dicegah, dibatasi ataupun dihilangkan. Guna evaluasi pengendalian resiko bahan pangan, NASA telah membuat metode resmi yang bernama Hazard Analysis Critical Control Point atau (HACCP). Keterangan lebih lanjut dapat dilihat di (http://www.foodsafety.gov/~fsg/fsghaccp.html).
HACCP awalnya dibuat NASA untuk memastikan bahwa bahan pangan yang dimakan oleh para astronot berada dalam keadaan aman. Saat ini prinsip-prinsip HACCP telah diaplikasikan pada spektra bahan pangan yang lebih luas, termasuk kedalamnya daging, unggas dan makanan laut.

Untuk beberapa bahan pangan tertentu yang beresiko, tindakan sanitasi dan higiene yang paling berhati-hati pun belum cukup untuk menghindari kontaminasi. Pada kasus ini, langkah pembasmian mikroba harus dimasukkan ke dalam proses pengolahan. Contohnya, pada awal abad ini, wabah Botulisme muncul ketika makanan kalengan tidak dimasak dengan tepat untuk membunuh spora Botulisme. Setelah dilakukan riset untuk mengetahui secara tepat tinggi suhu yang diperlukan untuk membasmi spora Botulisme, industri pengolahan makanan kalengan dan pemerintah memperpanjang proses pengolahannya untuk memastikan bahwa setiap kaleng telah diolah dengan benar. Sebagai imbalannya, botulisme yang terkait dengan makanan kalengan telah hilang dari Amerika Serikat. Serupa dengan kasus tadi, pengenalan proses pasteurisasi yang dilakukan dengan hati-hati pada susu, menghilangkan sejumlah besar penyakit bawaan susu. Hal ini baru tercapai setelah sanitasi produk susu telah mencapai level tinggi. Di masa mendatang, bahan pangan lainnya dapat dibuat lebih aman melalui proses pasteurisasi baru, misalnya pasteurisasi untuk telur saat masih berada di dalam cangkang dan iradiasi untuk daging sapi. Seperti halnya pada susu, teknologi baru ini sebaiknya diterapkan sebagai tambahan dari sanitasi yang baik. Bukan sebagai pengganti sanitasi.

Pada akhirnya, semuanya kembali pada konsumen untuk terus meminta persediaan bahan pangan yang aman, kembali kepada industri untuk membuatnya, kembali kepada para periset untuk membuat cara-cara pengamanan bahan pangan yang lebih baik, dan kembali kepada pemerintan untuk melihat bahwa itu benar terjadi, berjalan dengan baik, dan untuk mengidentifikasi masalah yang masih perlu dibereskan.

Apa Masalah Seputar Penyakit Bawaan Bahan Pangan yang Belum Dapat Dipecahkan?

Seiring dengan bertumbuhnya masalah yang berkaitan dengan bahan pangan, beberapa pertanyaan harus terlebih dahulu dijawab sebelum sebuah masalah dapat dikendalikan dengan sukses. Dibutuhkan kehati-hatian observasi ilmiah dan riset untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut. Beberapa pertanyaan yang hingga kini belum dapat terjawab termasuk:

  • Bagaimana cara mikroba patogen menyebar antar binatang? Bagaimana cara mencegahnya? Hal ini menyangkut pula E.Coli O157:H7 pada ternak, Salmonella Enteritis pada ayam-ayam betina petelur, dan Campylobacter pada Ayam Broiler. Jika kita dapat melindungi hewan-hewan tersebut dari infeksi sejak awalnya, maka mungkin jenis penyakit yang menyerang manusia yang memakannya tidak lagi sebanyak saat ini.
  • Apakah sebenarnya ada unsur mikroba patogen yang menyebabkan beberapa wabah yang hingga saat ini belum dapat terungkap penyebabnya? Hal ini terjadi pada lebih dari setengah kasus yang dilaporkan. Akankah pemakaian metode diagnosa yang sekarang ada dapat mengungkap penyebabnya? Ataukah ternyata kasus tersebut disebabkan oleh patogen yang belum dapat dikenali oleh teknologi yang sekarang ada?
  • Apa manfaat dari pendidikan mengenai keamanan makanan yang diberikan pada pekerja restoran?
  • Dapatkah makanan dan minuman yang dikonsumsi hewan dibuat lebih aman?
  • Bagaimana cara mengolah manure hewan hingga berguna tanpa harus mengancam keberadaan bahan pangan dan lingkungan?
  • Bagaimana supaya prinsip dasar keamanan bahan pangan dapat diajarkan secara efektif pada anak usia sekolah?
  • Strategi pengendalian apa yang dapat diterapkan pada pusat penyembelihan sehingga pencemaran daging unggas dengan Campylobacter dapat dikurangi?
  • Bagaimana supaya iradiasi pasteurisasi pada bahan pangan beresiko tinggi, seperti daging sapi, dapat digunakan dengan efektif?
  • Apa yang menyebabkan raspberry di Amerika Tengah tercemar Cyclospora? Apakah parasit ini memiliki hewan perantara?
  • Bagaimana supaya kacang Alfalfa dan kacang mentah lainnya dapat diproduksi dengan aman?


Dimana Saya Dapat Mempelajari Lebih Jauh Mengenai Keamanan Bahan Pangan dan Penyakit yang Dibawa Oleh Bahan Pangan?

Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi : www.cdc.gov/ncidod/dbmd/diseaseinfo/foodborneinfections_g.htm, atau hubungi Hotline Layanan Masyarakat CDC di (888) 246-2675 (Bahasa Inggris), (888) 246-2857 (Bahasa Spanyol), or (866) 874-2646 (TTY).

No comments: